Senin, 07 Juli 2014

Cerpen



            Haii, haii.. Udah lama nih aku nggak pernah update lagi. Dan sekarang aku kembali dengan cerpen baru ku. Judulnya bisa baca sendiri dibawah. Oke, langsung aja, check it out ;)


AKU, KAMU DAN DIA

Setelah Deni selesai menyampaikan undangan ulang tahun tersebut kepada ku, hari itu juga aku dan Deni pergi untuk mencari kado. Setelah setelah itu aku pun segera menyiapkan segala sesuatu yang akan ku pakai pergi nanti. Aku berencana memakai gaun putih kesayanganku.
Tinn.. tinn..
Suara klakson Deni dari depan rumah. Aku pun segera mempercepat riasanku dan keluar menemuinya.
“Hai, Den..”
“Hai.. Wah-wah, kamu malam ini cantik banget deh, Nda.”
“Iya dong, Dinda gitu loh.. hahaa”
“Ehh. Liat deh, baju kita serasi tahu. Cocok ya. Hahaa”
“O,iya. Hahaa..”
“Ya, udah yuk. Buruan berangkat. Keburu pestanya dimulai.”
Kami pun segera menuju lokasi pesta ulang tahun temennya Deni. Dan sesampainya disana, ternyata benar, kita terlambat. Semua orang sudah hadir. Acara pembukaan pun sudah dimulai. Karena nekat akhirnya Deni pun mengajak ku untuk masuk lewat pintu belakang. Saat kita berdua sudah masuk, ada suara wanita yang manggil kita dari belakang. Kita pun langsung menoleh secara bersama.
“Hei, Deni, Dinda. Tunggu sebentar!!” teriak tante Ani pada kami.
 “Iya, tante. Maaf, kita datengnya telat. Nggak enak kalau lewat depan. Kan udah ramai. Makanya kita lewat belakang aja deh. Hehee” jawab Deni cengengesan.
“Ohh, iya nggak papa. Emhh, Dinda. Tante boleh minta tolong dong sama kamu?”
“Boleh kok tante. Tapi, tolongin apa ya?”
“Ini lho, kamu bisa tolongin tante bawa roti ulang tahunnya kan? Ya, hitung – hitung buat surprice nya Oki gitu.”
“Ehmm, tapi tante...”
“Udah nggak papa. Tolong bawain ya.”
“Ya udah deh, tante.”
Tiba – tiba saja semua lampu mati. Tapi, tante bilang itu emang disengaja. Ya buat acara inti ini nih. Dan, tanpa menunggu waktu panjang lebar, kami bertiga pun segera menuju ke tengah – tengah acara pesta dimana Oki berdiri. Saat kita hendak sampai, lampu pun dinyalakan kembali, dan dengan serentak kita semua menyanyikan lagu WAJIB acara ulang tahun.

Happy Birthday to you...
Happy Birthday to you...
Happy Birthday, Happy Birthday, Happy Birthday to Oki...
Entah kenapa, saat ini, detik ini juga, pandangan semua orang tertuju kepada ku dan juga Oki. Sementara tante dan Deni berhenti sesuai barisan teman – teman yang lainnya. Jantungku berdegub kencang sekali. Tubuhku pun terasa sangat dingin.
“Hei, Dinda..” sapa Oki padaku.
“Ehmm, hei..”
“Makasih udah mau dateng..”
“Iya. Sama – sama. Ehmm, Happy Birthday Oki.”
“Makasih, Din..”
“O,ya. Sebelum tiup lilin, silakan make a wish dulu, ki..”
“Sekarang?”
“Ehmm, iya dong”
“Hehee, iya”
Untuk beberapa detik kedepan Oki pun mulai ‘Make a Wish’. Setelah itu lilin pun tertiup. Semua orang bemberikan tepuk tangan. Entah untuk siapa tepuk tangan ditujukan. Aku sudah tak bisa berfikir sejernih tadi. Oki terus memberikan senyum termanisnya untukku.
“Okey, sayang. Sekarang waktunya potong kue. Yuk..” Ucap tante seolah – olah menyadarkan lamunanku.
Kue pun segera ku letakkan di meja kecil yang sudah disiapkan. Tante yang membimbing Oki untuk memotong kue. Aku dengan cepat berpindah ke samping Deni.
“Emmhh, emmhh.. Gimana rasanya, Nda?” tanya Deni pada ku.
“Apa maksudmu?”
“Ya, itu. Gimana rasanya ketemu Oki lagi. Seneng, biasa, grogi, apaa...”
“Apaan, sih. Ya biasa aja kok.”
Hari beranjak semakin larut. Dan akhirnya pesta pun usai. Semua tamu sedikit demi sedikit mulai berpamitan untuk pulang. Tak terkecuali aku dan Deni.
“Bro, sorry ni. Udah malem. Kita berdua pulang juga ya.”
“Lho, buru – buru banget sih. Yakin ni mau pulang. Nggak mau ngobrol – ngobrol dulu aja?”
“Ya, lain kali aja lah ya. Kasihan ni Dinda, udah malem. Hehee ”
“Oh, gitu.. yaudah deh, makasih lho ya kalian berdua udah mau dateng”
“Iya sama – sama”
“Dinda. Kamu masih pake no yang lama kan?” tanta Oki padaku.
“Iya, Ki.”
“Ok, kapan – kapan kalau aku hubungin kamu, nggak papa kan?”
“Ehmm, boleh..”
“Dinda, ayo pulang. Udah malem nih” teriak Deni yang sudah siap diatas motornya.
“Aku pulang ya, Ki. Daaa” ucapku sambil melambaikan tangan lalu melangkah menuju Deni.
                Hari terus berlalu, tak satu hari pun ku lewati tanpa keberadaan Deni. Kemana aku pergi, Deni lah yang selalu menemaniku. Itu sebabnya aku semakin merasa nyaman bila disampingnya. Sikap yang sangat pengertian, sabar dan penuh kasih sayang itulah yang aku rasakan dari dia. Sosok yang telah membuat hari – hari ku menjadi bewarna kembali

~ Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar